Rabu, 20 Juli 2011

Analisis drama "Matahari di Sebuah Jalan Kecil"

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Sastra telah menjadi bagian dari pengalaman hidup manusia, baik dari aspek manusia yang memanfaatkannya bagi pengalaman hidupnya, maupaun dari aspek penciptanya, yang mengekspresikan pengalaman batin ke dalam karya sastra. Karya Sastra berisi pemikiran,ide-ide, kisahan, dan amanat penutur dapat berkomunikasi dengan peminat sastra, apabila mereka mampu mengapresiasikannya. Untuk dapat mengapresiasi karya sastra dengan baik pada diri peminat tentulah harus ada rasa cinta dan kasih sayang tehadap karya sastra. Hal ini dapat di pupuk misalnya dengan menumbuhkan dan mengembangkan niat untuk mengenal dan memahami secara intensis karya sastra itu. Secara umum karya sastra dibagi menjadi tiga yaitu puisi, prosa, dan drama.
Perkembangan drama di Indonesia akhir-akhir ini begitu pesat. Hal ini terlihat dari banyaknya pertunjukan drama di televisi, drama radio, drama kaset dan juga drama pentas. Drama merupakan cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunaka percakapan dan action dihadapan penonton serta kualitas komunikasi, situasi,action. Drama juga berisi potret kehidupan manusia, potret suka duka, pahit manis, hitam putih kehidupan manusia. Kata drama berasal dari bahasa Yunani, draomai yang berarti berbuat, bertindak, bereaksi (Henry Supriyanto:1980:17)
Dalam makalah ini drama yang dianalisis adalah naskah drama milik Ariefin C. Noor yang berjudul Matahari Di Sebuah Jalan Kecil. Hal yang dianalisis diantaranya adalah unsur-unsur dalam drama tersebut, pesan moral atau amanat yang dapat diambil, serta pendekata yang dapat digunakan dalam mengapresiasi drama tersebut.


1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini, yaitu :
1. Apa saja unsur-unsur dari naskah drama Matahari Di Sebuah Jalan Kecil?
2. Apa amanat atau pesan moral yang dapat diambil dari naskah drama Matahari Di Sebuah Jalan Kecil?
3. Pendekatan yang dapat dipakai dalam menganalisis naskah drama Matahari Di Sebuah Jalan Kecil?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini antara lain:
1. Mengetahui unsur-unsur dari naskah drama Matahari Di Sebuah Jalan Kecil?
2. Mengetahui amanat atau pesan moral yang dapat diambil dari naskah drama Matahari Di Sebuah Jalan Kecil?
3. Mengetahui pendekatan yang dapat dipakai dalam menganalisis naskah drama Matahari Di Sebuah Jalan Kecil?















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Unsur-unsur drama
a. Plot atau kerangka cerita
Plot merupakan jalinan cerita atau kerangka dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang berlawanan.
Plot meliputi hal-hal berikut ini:
1) Pemaparan
Di sebuah jalan kecil terdapat sebuah pabrik es yang sudah sangat tua. Di depan bangunan pabrik es itu ada seorang wanita tua yang berjualan makanan berupa pecel. Pelanggannya kebanyakan dari pekerja pabrik juga. Saat itu yang berada di warung pecel tersebut ada Si Tua, Si Peci, Si Kurus, Si Kacamata, dan Si Pendek. Mereka sedang makan sekaligus mengeluh tentang harga makanan dan kebutuhan pokok yang terus beranjak naik sedangkan gaji mereka tak kunjung naik.
2) Pertikaian Awal
Kemudian datanglah seorang pemuda yang ikut makan disitu. Jam istirahat bagi para pekerja sudah habis jadi mereka memutuskan untuk kembali ke dalam dan yang tersisia disitu tinggal seorang pemuda tersebut. Lalu setelah selesai makan dan hendak membayar ternyata dompet pemuda itu ketinggalan dan ia meminta ijin kepada simbok untuk mengambil dompetnya dirumah akan tetapi simbok tidak percaya kepada pemuda itu dan terus memaksa pemuda tersebut untuk membayar makanannya.
3) Klimaks
Suasana semakin tegang ketika datang satu persatu pekerja yang ikut terlibat maupun melihat kejadian tersebut, mereka membela simbok dan terus memojokkan pemuda itu dikarenakan alasan pemuda tersebut tidak masuk akal. Mereka terus berdebat dan akhirnya mereka menyuruh pemuda tersebut untuk meninggalkan bajunya sebagai jaminan.
4) Resolusi
Kemudian setelah semuanya pergi dan kembali bekerja, si pemuda tersebut menceritakan yang sebenarnya kepada simbok bahwa dia tidak bermaksud untuk berbohong. Dia datang ke kota ini dengan tujuan mencari pekerjaan akan tetapi malang nasibnya dia tak juga kunjung mendapat pekerjaan dan sudah tiga hari ini dia tidak makan. Simbok pun tersentuh hatinya mendengar cerita pemuda tersebut dan akhirnya mengembalikan baju pemuda itu kembali. Dan membiarkan pemuda tersebut pergi. Akan tetapi selang beberapa lama baru diketahui jika sebenarnya pemuda tersebut telah sering menipu dimana-mana.

b. Tokoh
Tokoh-tokoh dalam drama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa, seperti:
1. Berdasarkan peranannya terhadap jalan cerita
a) Tokoh Protagonis :
- Simbok.
- Pemuda.
b) Tokoh Antagonis :
- Si Peci
- Si Kurus
- Si Sopir
c) Tokoh Tritagonis:
- Penjaga Malam
- Si Pendek
- Si Tua
- Si Kacamata
- Perempuan



2. Berdasarkan peranannya dalam lakon serta fungsinya
a) Tokoh Sentral
Simbok dan pemuda
b) Tokoh Utama
Si Peci, Si Kurus, Si Sopir
c) Tokoh Pembantu
Penjaga malam, Si Pendek, Si Tua, Si Kacamata, Perempuan

c. Perwatakan
- Simbok. Perempuan tua penjual pecel, baik hati, mempunyai rasa belas kasihan, dan karena sudah lama disitu jadi ia terbiasa sabar menghadapi pembeli dan tabah dalam menghadapi permasalahan.
- Pemuda. Seorang pemuda yang merantau dari kota gunung kidul yang gersang, dia berbohong supaya dikasihani dan mendapat makan. Dan ternyata tak hanya disitu saja dia berbohong namun di lain tempat di juga sering melakukan kebohongan untuk mencapai tujuannya dengan berpura-pura malang supaya dikasihani
- Si Peci. Dia merupakan tokoh yang hanya ikut-ikutan saja menyalahkan Pemuda tanpa tahu masalah yang sebenarnya.
- Si Kurus. Seorang yang bijaksana dalam cerita ini itu terlihat ketika dia membuat keputusan yang bijaksana dalam mengambil keputusan pada seorang pemuda yang berbohong seperti pada kutipan “Bohong kau…… (geram hendak memukul pemuda itu tetapi tiba-tiba ia mengurungkan niatnya) Saya percaya kau adalah manusia, bukan binatang. Saya jadi ingat saudara saya sendiri. Seperti sekarang juga saya merasa parah dalam hati. Waktu itu saya tidak bisa menahan diri lagi sebenarnya, tetapi saya juga mengerti bahwa saudara saya itu mesti masuk penjara, sebab ia telah melakukan kejahatan yang kubenci, tapi saya merasa parah dan tetap benci akan apa yang berbau ketidakjujuran. Sekarang terus terang saja mau bayar atau tidak?”
- Si Sopir. Merupaka orang yang cukup disegani karena dia adalah paling tua dan bijaksana setelah dia keluar dari penjara dia pun menceritakan tentang kisahnya dulu dalam pembicaraanya “dalam penjara. Nah, di tempat yang sepi itu aku mengakui bahwa aku telah menyakiti orang, menyakiti hati dari tanah yang kita cintai ini dan pasti Tuhan akan menutup pintuNya bagi orang semacam aku. Sebab itulah setelah aku keluar dari rumah yang baik dan mulia itu, kemudian aku menjadi lebih maklum bahwa kita tak boleh berbuat jahat.”
- Penjaga malam. Dalam tokoh ini ia menjadi orang yang kerjaanya hanya mengeluh seperti dalam kutipan “Uuuuuh, gara-gara pencuri, aku jadi kesiangan”
- Si Pendek. Dia adalah tokoh yang memiliki sifat Bijaksana, itu terlihat dalam kutipan “Untuk apa kita melamun? Untuk apa kita mengkhayal? Apakah dulu bangsa kita ada yang mengendarai mobil? Sepedapun hanya satu dua orang saja yang memilikinya. Kalaupun dulu ada itulah mereka para bangsawan, para priyayi dan para amtenar yang hanya mementingkan perut sendiri saja.”
- Si Tua. Seorang yang lugu dan polos. Dia hanya menurut atau mengangguk-angguk saya. Hanya mengikuti alur yang ada.
- Si kacamata. Seorang yang mengambil keputusan dengan tidak melihat perasaan orang lain itu terlihat dalam kutipan “Mula-mula dia mau menipu pura-pura akan mengambil uang yang katanya ketinggalan tetapi agaknya dia berbohong.Sebab itu kami sepakat kalau ia menanggalkan celananya untuk pengganti uang atau untuk jaminan kalau memang di punya uang.”
- Perempuan. Seorang tokoh perempuan yang tak terlalu peduli namun dia peduli pada nasib yang dialami si pemuda dia lebih baik menyelesaikan masalah itu dengan uangnya untuk membayarkan hutang si pemuda sperti pada beberapa percakapannya “Ah, sedikit. Baiklah, jangan ribut-ribut. Kasihan. (mengambil uang dari tasnya) Ini Mbok seratus rupiah.”
d. Latar atau setting
Latar atau setting merupakan tempat kejadian cerita. Latar meliputi tiga dimensi, yaitu: tempat, ruang, dan waktu.
- Latar tempat : Kendal, Warung Pecel depan pabrik es
- Latar waktu : Pagi menjelang siang hari
- Latar ruang : Pada saat adanya aktifitas dari para pekerja pabrik sedang beristirahat makan

e. Tema
Tema merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam drama. Tema yang diangkat dalam naskah drama ini adalah tentang kehidupan sosial yang ada di masyarakat. Masalah yang diangkat dalam tema ini adalah tentang penghakiman terhadap seorang pemuda yang lihai dalam berbohong. Dan celakanya kebohongan itu semakin lama semakin terkuak dengan bertambah banyaknya orang-orang yang mencercanya dengan berbagai pertanyaan.

f. Dialog
Ragam bahasa dalam dialog tokoh-toh drama adalah bahasa lisan yang komunikatif dan bukan ragam bahasa tulis. Hali ini disebabkan karena drama adalah potret kenyataan. Dan drama adalah kenyataan yang diangkat dia atas pentas. Dialog yang digunakan dalam drama ini sudah mulai menggunakan bahasa modern atau bahasa kekinian dan mudah dipahami oleh pembaca tidak seperti bahasa dalam naskah dahulu dan maknanya pun yang sebenarnya tidak dilebih-lebihkan. Majas yang digunakan adalah majas Metonimia dalam kutipan “Saya ingin anak saya memiliki yamaha bebek.”. nama-nama tokoh yang ada dalam naskah ini mengunakan nama-nama yang menganbarkan ciri fisik dari para tokoh-tokoh.


g. Biografi Pengarang
Arifin C. Noer dilahirkan di Cirebon 10 Maret 1941, meninggal di Jakarta 28 Mei 1995. Penyair yang juga dramawan dan sutradara film ini menulis sanjak Dalam Langgar, Dalam Langgar Purwadinatan, naskah drama Telah Datang Ia, Telah Pergi Ia , Matahari di Sebuah Jalan Kecil , Monolog Prita Istri Kita dan Kasir
Kita (1972, Tengul (1973), Kapai-kapai (1970), Mega-mega (1966), Umang-umang (1976), Sumur Tanpa Dasar (1975), Orkes Madun, Aa Ii Uu, Dalam Bayangan Tuhan atawa Interogasi, Ozon. Karya-karyanya yang lain: Nurul Aini (1963); Siti Aisah (1964); Puisi-puisi yang Kehilangan Puisi-puisi (1967); Selamat pagi, Jajang (1979); Nyanyian Sepi (1995); drama Lampu Neon (1963); Sepasang Pengantin (1968); Sandek,Pemuda Pekerja (1979).
Selain penyair dan dramawan yang memimpin Teater Kecil, Arifin C. Noer juga penulis skenario dan sutradara film yang andal. Karya skenarionya antara lain: G 30 S/PKI; Serangan Fajar; Taksi; Taksi Juga; Bibir Merah.
Film-film yang disutradarinya: Pemberang (1972); Rio Anakku (1973); Melawan badai (1974); Petualang-petualang (1978); Suci Sang Primadona (1978); Harmonikaku (1979). Pada tahun 1972 Arifin menerima Hadiah Seni dari Pemerintah RI dan pada tahun 1990 menerima Hadiah Sastra ASEAN.









2.2 Amanat atau pesan moral
Menurut Harimurti Kridalaksana (183) amanat merupakan keseluruhan makna konsep, makna wacana, isi konsep, makna wacana, dan perasaan yang hendak disampaikan untuk dimengerti dan diterima orang lain yang digagas atau ditujunya. Amanat itu biasanya memberikan manfaat dalam kehidupan secara praktis. Dalam drama ini amanat yang hendak disampaikan ialah bahwa kita dilarang untuk berbohong karena kebohongan tersebut dapat mencelakakan diri kita sendiri dan juga orang lain. Hal ini dapat terlihat ketika Pemuda tersebut dihakimi oleh banyak orang dan kemudian terkuaklah kebohongannya. Jadi ketika kita telah merugikan orang lain kita juga harus bertanggung jawab dengan perbuatan yang telah kita lakukan. Dan kita tidak boleh mudah percaya dengan orang lain hanya karena tampang kasian maupun cerita-cerita yang didramatisir oleh orang tersebut. Hal ini bisa terlihat pada bagian akhir naskah drama ini si Pemuda menceritakan tentang kisah hidupnya lalu simbok merasa kasian dan akhirnya simbok percaya dan mengembalikan lagi baju pemuda tersebut. Akan tetapi setelah diketahui ternyata pemuda tersebut berbohong.

2.3 Pendekatan yang dipakai dalam menganalisis
Pendekatan sebagai suatu prinsip dasar atau landasan yang digunakan oleh seseorang sewaktu mengapresiasi karya sastra. Dalam naskah drama ini pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatan analitis dan emotif. Pendekatan analitis merupakan suatu pendekatan yang berusaha memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan atau mengimajikan ide-idenya, sikap pengarang dalam menampilkan gagasan-gagasannya, elemen intrinsik dari mekanisme hubungan dari setiap elemen intrinsik itu sehingga mampu membangun adanya keselarasan dan kesatuan dalam rangka membangun adanya keselarasan dan kesatuan dalam rangka membangun totalitas bentuk maupun totalitas maknanya. Jadi dengan menggunakan pendekatan analitis ini dapat diketahui unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam teks drama ini. Tidak hanya itu selain menggunakan pendekatan analitis dapat juga digunakan pendekatan motif yakni pendekatan yang berusaha menemukan unsur-unsur yang mengajuk emosi atau perasaan pembaca. Dapan kita lihat setelah membaca naskah drama ini perasaan kita ikut jengkel karena ternyata pada bagian akhir diketahui bahwa pemuda itu telah berbohong.




























BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dalam memahami makna karya sastra, kita mengacu pada beberapa hal yang erat hubungannya dengan karya tersebut. Drama merupakan cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunaka percakapan dan action dihadapan penonton serta kualitas komunikasi, situasi,action. Dalam memahami sebuah drama kita juga harus memahami unsur-unsur didalamnya. Dalam analisis naskah drama Matahari di Sebuah Jalan Kecil ini dapat diketahui menggunakan alur maju, bertemakan masalah sosial keseharian di masyarakat, berlatar di sebuah jalan kecil daerah pabrik es serta amanat yang terkandung dalam naskah drama ini yakni janganlah kita berbohong karena akan merugikan diri sendiri dan orang lain.

3.2 Saran
Dengan mempelajari unsur-unsur sebuah karya sastra diharapkan dapat menerapkannya dalam karya-karya sastra lainnya dan dapat memahami sebuah karya sastra bukan hanya dari karyanya namun juga dapat memahami pula unsur-unsur yang membangun sebuah karya tersebut. Tidak hanya itu, dengan kita mempelajari suatu unsur-unsur sebuah karya satra dapat meningkatkan kita tentang pemahaman mengapresiasi sebuah karya satra dan menerapakan amanat dari sebuah karya sastra ke dalam kehidupan kita.








DAFTAR PUSTAKA


Waluyo, Herman J. 2001. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita.

Z.F, Zulfahnur.1997. Teori Sastra. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penatarn Guru SLTP.

Aminudin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

http://www.goesprih.blogspot.com/search/label/drama/diunduh tanggal 9 Mei 2011